Pagi ini, mendung masih bersapa malu
Tampak biru wajah langit bopeng
suara bende bertalu-talu dan cinde yang mengisyarat bahaya mewarnai sepanjang jalan
Namun, kulihat para pedagang kecil tetap tenang
duduk bersimpuh pada tikar yang digelar di altar pasar dan pinggiran jalan
membayangkan dalam benak berapa uang receh yang bakal dibawa pulang
dengan santun menjajakan sayuran dan ikan yang di hadapannya
tak melihat ambulance yang berseliweran
tak mendengar bunyi titir dari kentongan
mereka hanya ingin melihat kepul asap dapur dan mendengar anaknya bercerita tentang hari ini, bukan hari esok