Aksi Kemanusiaan BSMI untuk Banjir Bandang Parigi

  • Bagikan

Belum sembuh dampak gempa dan likuifaksi, bencana kembali melanda Kabupaten Parigi, Sulawesi Tengah. Banjir bandang menerjang sejumlah titik saat malam hari pada tanggal 28 Juli 2022.

Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Sulawesi Tengah (Sulteng) menanggapi peristiwa ini dengan menerjunkan relawan untuk meninjau kondisi pasca bencana.

“Terjadinya banjir di Parigi Kamis malam, pukul sembilan. Tepatnya hujan deras pukul tujuh malam sampai pukul sembilan menyebabkan banjir bandang yang membawa material berupa pasir dan kayu-kayu yang berasal dari atas gunung menuju pesisir pantai”, terang Mohamad Mulki selaku Ketua BSMI Palu.

Mulki juga menjelaskan bahwa terdapat empat titik lokasi bencana di Kabupaten Parigi. Salah satunya menjadi titik terparah terdampak banjir bandang.

“Lokasi kejadian ini terdapat di empat titik, yaitu dusun satu, dusun dua, dusun tiga, dan dusun lima. Di antara 4 titik ini yang paling parah adalah dusun dua karena material yang terbawa oleh banjir ini berakhir di dusun dua. Jadi akumulasi dari terjangan banjir dari atas gunung, kemudian dari dusun-dusun lainnya, semuanya mengarah ke dusun dua. Sehingga dusun ini menjadi yang paling parah dari yang lainnya”, paparnya.

Selaku relawan yang terjun langsung, Mulki membagikan data jumlah kepala keluarga dan penyintas serta data kerusakan fasilitas umum di Kabupaten Parigi.

“Untuk dusun satu ada 86 KK, dengan 81 jiwa, serta 18 rumah terdampak. Dusun dua ada 120 KK, 400 jiwa, banyak rumah rusak yang masih dalam pendataan. Dusun tiga ada 160 KK, 480 jiwa, dan rumah terdampak masih dalam pendataan juga. Kemudian dusun lima ada 166 KK, rumah terdampak juga masih dalam pendataan”, terangnya pada tim media BSMI Sulsel.

Selain itu terdapat kerusakan banyak fasilitas umum, berupa Kantor Desa Torue, Kantor Kecamatan, 1 Unit Puskesmas, Mushallah, Masjid, PDAM, PLN, KUA, Kantor-Kantor UPTD, serta fasilitas Pendidikan, diantaranya 2 Unit Sekolah PAUD, SD, dan 2 unit gedung SMP.

Mulki menegaskan bahwa selain rusaknya fasilitas umum, peristiwa ini juga menghilangkan mata pencaharian sebagian penduduk yang bertani. Selain itu, anak-anak sekolah terpaksa diliburkan. Sedangkan pada pelajar tingkat SMA kehilangan perlengkapan belajar dan seragam sekolah akibat terbawa arus banjir.

Sembari melakukan asesmen untuk pengumpulan data awal, relawan BSMI juga turut membawa bantuan logistik hasil kolaborasi dengan Sosial Kemanusiaan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Sulteng.

“Kemarin kami baru melakukan asesmen awal, sehingga hanya membawa sedikit logistik berupa air minum kemasan, roti, susu formula, makanan bayi, hygien kit, dan juga mie instan” tutur Mulki yang juga merupakan Ketua SOSKEM JSIT Sulteng.

“Sambil melakukan asesmen kami juga melakukan aksi trauma healing kepada anak-anak penyintas di beberapa dusun. Khususnya di dusun dua, karena mereka saat malam kejadian cukup trauma dan ketakutan”, tambahnya.

Setelah mengumpulkan data dan informasi, relawan BSMI kemudian melakukan penjaringan relawan di lokasi bencana. Sekaligus menentukan titik-titik lokasi yang akan menjadi lokasi aksi kemanusiaan berikutnya.

“Para penyintas ini, mereka sangat antusias dan senang saat menerima bantuan secara langsung. Sebab bisa langsung mereka gunakan. Karena sebelum ke lokasi kami sudah mengumpulkan beberapa informasi terkait kebutuhan mendesak para penyintas disana”, ucap Mulki saat diwawancarai diperjalanan menuju Palu yang juga terkena banjir.

“Anak-anak juga merasa senang ketika mengikuti program trauma healing. Dimana sebelumnya mereka ketakutan dan memang masyarakat awam belum tahu pengobatan untuk mereka secara psikologis”, imbuhnya.

Sebagai program lanjutan, pihak BSMI Sulteng mengaku akan melakukan recovery terhadap kebutuhan-kebutuhan berikutnya. Khususnya recovery fasilitas pendidikan.

“Ada beberapa SD dan SMP yang terdampak. Maka untuk fasilitas belajar mengajar itu perlu kita bantu. Termasuk juga untuk peralatan para pelajar, seperti tas, seragam, alat tulis dan lainnya sebagai pengganti dari peralatan belajar mereka yang terbawa banjir. Ini sangat dibutuhkan oleh para penyintas”, harap Mulki.

“Selain itu juga dibutuhkan recovery fasilitas ibadah. Juga solusi untuk para penyintas yang kehilangan mata pencaharian, kami akan melakukan kerja sama dengan UMKM yang ada. Semoga bisa meringankan beban mereka yang terdampak”, tutupnya.

  • Bagikan